#LingTrip,

Tari Kecak dan Pesan tentang Persatuan Bangsa

Tuesday, August 02, 2016 Lindaleenk 4 Comments

Jejak Mahakarya Tari Kecak Bali

Sore itu di sebuah tebing yang indah di sisi barat pulau Dewata, matahari sudah hampir terbenam. Tempat itu bernama Uluwatu, puluhan pria dengan bersarungkan kain saput poleng berwarna hitam putih, duduk dalam posisi melingkar membentuk arena di tanah lapang. Berikutnya disuguhkan gerak gempita tarian bercerita tentang sebuah epos yang terkenal dari tanah Hindia, kisah Ramayana. 

Beberapa pemain silih berganti memerankan Shinta, Rama, Hanuman, dan Rahwana menari di dalamnya. Sepanjang pertunjukan sama sekali tidak ada alat musik yang dibunyikan, hanya suara puluhan penari yang meneriakkan "cak cak e cak cak e" sembari menggerakkan tangan ke atas seperti melakukan pemujaan. Riuh rendah suara para penari tersebut membentuk irama bertalu-talu yang mengiringi tarian, terus bersahutan seperti gema dari dunia lain.

Gerakan layaknya pemujaan dalam Tari Kecak ini dikembangkan dari sebuah ritual kuno masyarakat Bali yang bernama Sanghyang. Sejak dahulu kala secara turun temurun, masyarakat bali  teguh menghormati leluhur. Sanghyang adalah tradisi tarian di mana penarinya akan menari dalam kondisi tidak sadar. Kemudian penari itu berusaha melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan pesan-pesan tersebut diteruskan kepada masyarakat. Biasanya pesan yang dibawa terkait dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Dari gerakan ritual yang sudah melekat ini, oleh Wayang Limbak seorang seniman Bali dikembangkan menjadi sebuah tarian kolosal yang melibatkan banyak orang dengan suguhan bumbu cerita agar bisa dinikmati penonton. 

Sebuah karya seni tari tidak hanya lenggokan penari yang dapat dinikmati secara visual saja, namun terlebih keseragaman gerakan serta kekompakan dan kerjasama di antara para penarinya merupakan kunci penampilan yang memikat dan mampu membuat para penonton larut dalam sajian tarian yang digelar terutama jika berbentuk tari kolosal. Tari Kecak yang kemudian dikenal sebagai tari kolosal paling terkenal dari Bali seperti juga tari lainnya dari budaya tanah air,  Saman, Tor-tor, Sajojo maupun Poco-poco. Setiap tari kolosal tersebut keindahannya justru muncul dari dinamisnya ragam gerak para penari di dalamnya.
Jejak Mahakarya Tari Kecak Bali

Pencipta tarian ini, Wayang Limbak terus berusaha mengenalkan tarian ini ke seluruh dunia. Bersama seorang sahabatnya, Walter Spies dari Jerman, Limbak mengenalkan tari kecak dalam tur keliling dunianya pada tahun 70-an. Buah dari kerja keras itu tidak hanya tarian yang dikenal dunia, namun akhirnya daerah asal kesenian ini, yaitu Bali ikut melambung di dunia Internasional yang kemudian menarik para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Bali.

Kegigihan Wayang Limbak dalam menciptakan Tari Kecak dan mengenalkan ke dunia  itu yang menjadi sebab eksisnya tarian tersebut di tengah budaya Bali saat ini. Tari yang diciptakan dari nilai-nilai luhur budaya nenek moyang. Harmoni gerakan para penarinya sepanjang waktu bercerita tentang pesan-pesan moral yang selalu terkandung dalam setiap tarian budaya luhur nusantara. Pesan untuk terus bekerja sama, bahu membahu membuat kehidupan yang indah dan dinamis dengan saling membantu.  
Jejak Mahakarya Tari Kecak Bali
Keunikan Tari Kecak adalah simbolisasi tentang kerjasama gotong-royong yang sudah mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia. Di mana salah satu karakter tarian kelompok adalah selain kerjasama yaitu membutuhkan kemampuan yang sama atau kesetaraan. Mengartikan bahwa tidak ada salah satu yang menonjol memiliki dominasi atas yang lain. Meskipun ada peran ceritera dalam tarian, namun hal tersebut sebagai pelengkap dan menyadari bahwa gerak peran itu tidak bermakna tanpa adanya dukungan dari para penari kecak. 

Meskipun tentang gotong royong ini sudah menjadi jargon lama, namun tak pernah membosankan. Selalu aktual dalam kondisi apapun bangsa ini. Republik yang telah 70 tahun berdiri ini selalu membutuhkan nafas bekerja sama saling membantu dalam perjalanan selanjutnya. Ibaratnya sebuah barisan tari, tidak perlu ada satu penari yang merasa mendominasi dan menindas sesama penari dalam barisan. Sehingga dengan demikian juga tidak perlu ada bagian barisan yang merasa perlu memberontak dan memisahkan diri dari barisan.  

You Might Also Like

4 comments: